Sejarah Perkembangan Gereja
Sebenarnya sejak
tahun 1930 – an Wlingi sudah didatangi oleh romo – romo dari Paroki St. Yusuf
Blitar yang antara lain adalah Rm. Bastiansen CM, Rm. Mensvort CM, dan Rm.
Wolters CM. Mereka pada saat ini sering memberikan pelayanan Misa untuk orang –
orang Belanda yang beragama katolik dan bekerja sebagai sinder perkebunan Gabru
(sekarang stasi Tegalasri). Kemudian setelah di stasi Genjong didirikan sekolah
misi yang gurunya berasal dari Muntilan (Jawa Tengah), pada tahun 1934 di Gabru
juga didirikan sekolah misi dan gereja. Namun ketika terjadi perang Class I
pada tahun 1948 semua sekolah tersebut ikut dibumihanguskan.
Kemudian pada tahun
1950-an di Wlingi sudah mulai diadakan Misa Kudus meskipun masih menggunakan
rumah umat. Misa yang dilayani oleh romo – romo dari Paroki St. Yusuf Blitar
tersebut diikuti oleh umat katolik yang pada saat itu jumlahnya masih sekitar
45 orang.
Mulai tahun 1957
pelayanan untuk umat dilanjutkan oleh Rm. Bartels CM yang pada akhirnya
memiliki pemikiran untuk membangun sebuah gedung gereja di Wlingi. Dan
pemikiran tersebut ternyata baru terealisir pada tahun 1963 dengan nama
pelindungan yaitu St. Kristoforus.
Pada tahun 1964 Rm.
Bartels CM digantikan oleh Rm. Lugano Pr, salah seorang romo yang pada saat itu
dikenal sangat dekat dengan umat, rakyat dan pejabat di Kabupaten Blitar.
Kedekatan beliau inilah yang pada akhirnya sangat berperan dalam membantu
beliau dalam karyanya di Wlingi.
Mulai tahun 1967
Wlingi sudah memiliki beberapa katekis yang berkarya pastoral secara penuh
yaitu : Bpk. Sumitro dari Madiun, Bpk. Bambang Samidjo, Bpk. Tugimin
Purwosusilo, dan Bpk. Toto Santoso. Sejak tahun 1967 itulah semakin banyak
orang yang ingin ikut pelajaran agama Katolik. Maka sejak saat itu pula mulai
dibuka beberapa stasi baru seperti : Tegalasri, Resampombo, Purworejo,
Salamrejo, Cungkup, Sidomulyo, Kesamben, Parang, Gandusari, dll. Adapun
beberapa tokoh yang turut berperan penting antara lain adalah : Bpk . Basuki,
Bpk. Mulyosamio, Bpk. Darmowiyoto, dll.
Setelah stasi yang
ada terus berkembang banyak, maka pada tanggal 29 Juni 1994, stasi St.
Kristoforus Wlingi diresmikan menjadi sebuah paroki oleh Mgr. A.J.
Dibyokaryono, Pr. dengan nama pelindung yang baru, yaitu St. Petrus – Paulus.
Kemudian gedung gereja paroki Wlingi juga sempat mengalami beberapa renovasi,
dan renovasi terakhir diberkati oleh Mgr. Hadiwikarta Pr. pada tanggal 15
Desember 1996. Sampai dengan tahun 1999 lalu, jumlah umat Katolik Paroki St.
Petrus Paulus Wlingi menurut data statistik sudah mencapai sekitar 4.622 jiwa.
Sangat membantu mengenal sejarah paroki wlingi dan para romo, katekis yang berkarya
BalasHapus