4 Mei 2016

Profil Paroki

Sejarah Perkembangan Gereja

Sebenarnya sejak tahun 1930 – an Wlingi sudah didatangi oleh romo – romo dari Paroki St. Yusuf Blitar yang antara lain adalah Rm. Bastiansen CM, Rm. Mensvort CM, dan Rm. Wolters CM. Mereka pada saat ini sering memberikan pelayanan Misa untuk orang – orang Belanda yang beragama katolik dan bekerja sebagai sinder perkebunan Gabru (sekarang stasi Tegalasri). Kemudian setelah di stasi Genjong didirikan sekolah misi yang gurunya berasal dari Muntilan (Jawa Tengah), pada tahun 1934 di Gabru juga didirikan sekolah misi dan gereja. Namun ketika terjadi perang Class I pada tahun 1948 semua sekolah tersebut ikut dibumihanguskan.
Kemudian pada tahun 1950-an di Wlingi sudah mulai diadakan Misa Kudus meskipun masih menggunakan rumah umat. Misa yang dilayani oleh romo – romo dari Paroki St. Yusuf Blitar tersebut diikuti oleh umat katolik yang pada saat itu jumlahnya masih sekitar 45 orang.
Mulai tahun 1957 pelayanan untuk umat dilanjutkan oleh Rm. Bartels CM yang pada akhirnya memiliki pemikiran untuk membangun sebuah gedung gereja di Wlingi. Dan pemikiran tersebut ternyata baru terealisir pada tahun 1963 dengan nama pelindungan yaitu St. Kristoforus.
Pada tahun 1964 Rm. Bartels CM digantikan oleh Rm. Lugano Pr, salah seorang romo yang pada saat itu dikenal sangat dekat dengan umat, rakyat dan pejabat di Kabupaten Blitar. Kedekatan beliau inilah yang pada akhirnya sangat berperan dalam membantu beliau dalam karyanya di Wlingi.
Mulai tahun 1967 Wlingi sudah memiliki beberapa katekis yang berkarya pastoral secara penuh yaitu : Bpk. Sumitro dari Madiun, Bpk. Bambang Samidjo, Bpk. Tugimin Purwosusilo, dan Bpk. Toto Santoso. Sejak tahun 1967 itulah semakin banyak orang yang ingin ikut pelajaran agama Katolik. Maka sejak saat itu pula mulai dibuka beberapa stasi baru seperti : Tegalasri, Resampombo, Purworejo, Salamrejo, Cungkup, Sidomulyo, Kesamben, Parang, Gandusari, dll. Adapun beberapa tokoh yang turut berperan penting antara lain adalah : Bpk . Basuki, Bpk. Mulyosamio, Bpk. Darmowiyoto, dll.

Setelah stasi yang ada terus berkembang banyak, maka pada tanggal 29 Juni 1994, stasi St. Kristoforus Wlingi diresmikan menjadi sebuah paroki oleh Mgr. A.J. Dibyokaryono, Pr. dengan nama pelindung yang baru, yaitu St. Petrus – Paulus. Kemudian gedung gereja paroki Wlingi juga sempat mengalami beberapa renovasi, dan renovasi terakhir diberkati oleh Mgr. Hadiwikarta Pr. pada tanggal 15 Desember 1996. Sampai dengan tahun 1999 lalu, jumlah umat Katolik Paroki St. Petrus Paulus Wlingi menurut data statistik sudah mencapai sekitar 4.622 jiwa.

1 komentar:

  1. Sangat membantu mengenal sejarah paroki wlingi dan para romo, katekis yang berkarya

    BalasHapus