7 Mei 2016

Stasi Boro

Stasi Boro

Adanya umat di stasi Boro ini dirintis oleh Rm. Lugano dan tokoh umatnya alalah : Bpk. A.Y. Suwadi dan Bpk. Winarno. Pada tahun 1980 stasi ini masih bergabung dengan stasi sidomulyo hingga sampai tahun 1990.

Pada awalnya untuk ibadat dan misa diadakan dari rumah ke rumah karena belum punya bangunan gereja yang permanen. Bahkan pada waktu misa Natal tahun 1999 Rm. Pratisto hampir kejatuhan kayu penyangga saat membagikan hosti. Sekarang ini stasi yang berjarak 33 Km dan diketuai oleh Antonius Subaki, anggotanya mencapai 33 KK. Dan sekarang dipimpin oleh Bpk.Antonius Suba'i

Stasi Sidomulyo

Stasi Sidomulyo

Stasi ini dirintis oleh A.Y. Suwandi, A. Suyarto, FX. Trimanto, B. Muji, dan Warsito. Pada saat pelajaran agama dan misa, Rm. Lugano, Pr. dibantu oleh Bpk. Palal, Bpk. Madi, dan Bpk. Bambang.

Tempat ibadat awalnya bertempat di rumah umat kurang lebih tahun 1981. Mendirikan 1986 berkat bantuan dari umat dan dari Keuskupan Surabaya di pimpin oleh Rm. Lugano Pr. Stasi yang beranggotakan 26 KK dan diketuai oleh Bpk. Wiyadi ini berjarak kira – kira 32 Km dari kota Wlingi. Dan sekarang dipimpin oleh Bpk. L.A. Wiyadi.

Stasi Kesamben

Stasi Kesamben

Berdirinya Stasi Kesamben bersamaan dengan berdirinya SMP Katolik “ Yohanes Gabriel “ Kesamben yang diprakasai oleh Rm. Bartels pada tanggal 1 Agustus 1962. Dan pada waktu itu umatnya adalah para Guru SLTPK antara lain : F.A. Sudarsono, H.J.SW. Siswo Wahono, B.J. Palal Hadi Wijata, M.V. Sri Wahyuni, Musabar, dan ada dari para siswa.
Untuk pembangunan Gerejanya, stasi Kesamben memperoleh bantuan dana dari Superior Jerman berkat usulan umat dibantu.
Rm. Lukas dan disetujui oleh Uskup. Pembangunan Gereja dimulai pada tanggal 24 Mei 1991 dan diresmikan oleh Bpk. Uskup Aloysius Dibyokaryono, Pr. pada tanggal 30 Nopember 1991.

Jumlah umat mulanya hanya guru – guru SMP Yohanes Gabriel, tahun 1962 – orang guru, tahun 1963 6 orang guru. Pada tahun 1962 penduduk asli dari Kecamatan Kesamben yang Katolik ada 3 orang. Sekarang ini stasi yang berjarak 12 Km dan diketuai oleh Bp. Titus Theodor Nuryanto ini anggotanya mencapai 42 KK. Dan sekarang dipimpin oleh Bpk.Y. Andi Sutrisno.

Stasi Sengrong

Stasi Senggrong

Umat stasi ini kebanyakan adalah para pendatang yang bekerja di perkebunan cengkeh Mbranggah, Banaran. Dan hanya beberapa di antara mereka yang merupakan penduduk setempat. Untuk mencapai stasi ini diperlukan waktu kira – kira setengah jam perjalanan.
Karena umat yang ada pada waktu itu masih banyak, maka perkebunan cengkeh membangun sebuah gereja sebagi tempat ibadah bagi umat Katolik setempat.

Namun karena umat yang sekarang ada tinggal sedikit, maka pelayanan Ekaristi diberikan hanya sekali dalam sebulan. Bpk. Pri adalah seorang tokoh umat dari Malang yang sampai sekarang masih tinggal dan bekerja sebagai staf direksi di perkebunan itu. Dan sekarang dipimpin oleh Bpk.Y.A. Supriyono.

Stasi Brintik

Stasi Brintik

Berdirinya Stasi Brintik dirintis oleh Bpk. Dwijoatmoko. Kemudian Bpk. Darmowiyoto dan Bpk. Antonius Sudiharto membantu mengajar pelajaran agama Katolik dirumah Bpk. Dwijoatmoko yang diikuti oleh beberapa umat yang berminat.

Kemudian pada tanggal 19 Desember 1967 ada baptisan baru oleh Rm. Lugano, Pr. sehingga jumlah umat semakin bertambah. Stasi yang terletak 5 Km dari Wlingi ini diketuai oleh Yohanes Sukarno dan anggotanya mencapai 13 KK. Dan sekarang dipimpin oleh Bpk. Yohanes Hadi Sukarno.

Stasi Sumberarum

Stasi Sumberarum

Dirintis oleh Rm. Lugano, Pr. Tokoh umat awalnya ialah Bpk. Mangunsari, Bpk. Wiryorejo, Bpk. Ngaterman, Bpk. Sodinomo. Pada awalnya pelajaran agama diberikan oleh Rm. Lugano dengan menumpang di rumah Bpk. Karyono.
Pada akhirnya gereja Sumberarum bisa dibangun karena adanya sumbangan. Dan pada tahun 2004 ini gereja Sumberarum direnovasi atas bantuan dari Keluarga Ibu Theresia Budirman di Surabaya.

Stasi yang berjarak 10 Km dari Wlingi ini sekarang diketuai oleh ibu Maria Goreti Meswati dan anggotanya mencapai 17 KK. Dan sekarang dipimpin oleh Bpk. Marsianus Bonadi.

Stasi Gandusari

Stasi Gandusari

Dirintis oleh umat yakni Bpk. Bowo Saelan dari Gandusari, Bpk Sukardi dari Tambakan , Bpk. Sarengat dari dusun Kotes. Dibantu oleh umat yang lain antara lain seperti : Bpk. Kadeni dari Sukosewu, Bpk Slamet Gunadi dari Gandusari, Bpk. Pardji dari Sukosewu, Bpk. Djatmiko dari Gadungan, Bpk. Budi Waspodo dari Gandusari, Bpk. Tjuk Pudjohadi dari Gandusari, Ibu Lilik Supatini dari Sukosewu, Ibu Swarsini dari Sukosewu, Ibu Sundari dari Gandusari dan Bpk. Haryadi.

Yang mengajar agama waktu itu, Bpk. Bambang Priyono dari Bajang, Bpk. Sudiharto dari Kenongo, Bpk. Hari Suyadi, kemudian dilanjutkan oleh Bpk. Tugimin. Tempat ibadatnya bergantian di rumah umatnya, sampai akhirnya mendirikan gereja. Awal berdirinya stasi digembalakan oleh Rm. Lugano, Pr, Rm. Setiawan, CM, dan Rm. Lukas Suwondo, CM. Umat gereja stasi Gandusari terdiri dari beberapa desa yang jaraknya cukup jauh kurang lebih 5 Km dari gereja, sehingga untuk sampai ke gereja butuh waktu yang lama. Stasi yang berjarak kira – kira 8 Km dari Wlingi dan sekarang diketuai oleh Bpk. Kadeni ini jumlah anggotanya mencapai 34 KK. Dan sekarang dipimpin oleh Bpk. Agustinus Cahya Suryaningtyas.

Stasi Parang

Stasi Parang

Stasi ini dirintis oleh Bpk. Armomiarjo melalui pewartaannya tentang agama katolik. Kemudian juga datang Bpk. Suko yang membantu beliau mengajar agama. Pada diberikan oleh Rm. Lugano, Pr. Untuk menggunakan rumah Bpk. Atmo sampai akhirnya didirikan sebuah gereja di tanah pemberian Bpk. Atmo.

Stasi yang letaknya searah dengan stasi Sirahkencong dan berjarak 16 Km ini sekarang diketuai oleh Bpk. Lukas Sugianto Meseni dan jumlah anggotannya adalah 24 KK. Dan sekarang dipimpin oleh Bpk. Yohanes Mujiono.

Stasi Tegalasri

Stasi Tegalasri

Stasi ini dirintis pada tahun 1935 oleh seseorang bernama Delkuai yang berkembangsaan Belanda. Pada waktu itu juga didirikan gereja dan sekolah Katolik tepatnya di dusun Sanggrahan. Namun semua itu harus bumi hangus karena adanya Agresi Militer Belanda II.
Pada tahun 1960 Rm. Lugano, Pr. datang dan merintis kembali umat yang akhirnya bisa mencapai 150 jiwa bahkan setelah peristiwa G – 30 S PKI jumlahnya meningkat menjadi 200 jiwa. Mengingat jumlah umat yang terus bertambah ini maka pada tahun 1968 didirikan sebuah gereja dengan nama Kristus Noto.

Untuk bisa sampai di stasi yang berjarak 5 Km ini dibutuhkan waktu kira – kira seperampat jam perjalanan. Dan stasi yang sekarang diketuai oleh Bpk. F. Hadi Suyanto ini anggotanya mencapai 353 jiwa. Dan sekarang dipimpin oleh Bpk. Yohanes Subaktio.

Stasi Genjong

Stasi Genjong

Stasi ini dahulu dirintis oleh Rm. Bastian CM bersama dengan seorang katekis bernama Bpk. Dwijo Subroto dari Jogja dan Bpk. Siwo dari Muntilan. Gereja di stasi Genjong sendiri sebenarnya termasuk gereja tertua sebab sudah ada lebih dulu sebelum gereja yang ada di Wlingi.

Stasi ini terletak 15 Km dari kota Wlingi, tepatnya di lereng sebelah selatan dari gunung Kawi yang kaya dengan kebun kopinya. Untuk mencapai stasi ini dibutuhkan kurang lebih 1 jam perjalanan dari Wlingi. Stasi yang sekarang diketuai oleh Bpk Fx. Sugiono ini anggotanya mencapai 15 KK. Dan sekarang dipimpin oleh Bpk. A.Yatiman.

4 Mei 2016

SMKK Farmasi " Citra Farma" Wlingi Jl. Bromo No. 2

SMPK Yohanes Gabriel Kesamben Jl. Raya No. 182 A

SMPK Yohanes Gabriel Wlingi Jl. Urip Sumoharjo No. 56 Wlingi

TKK. St. Maria Jl. Mastrip No. 9 Wlngi

Lingkungan VIII (St. Petrus)

Lingkungan VIII (St. Petrus)

Lingkungan ini dirintis pada tahun 1974 oleh Rm. Wolter, CM dan rm. Bastiansen, CM. Kemudian dilanjutkan oleh Rm. Lugano, CM dari tahun 1960 – 1980. Yang mengajar agama adalh Bpk. FX. Suyadi, Bpk Ardjo, Bpk. Darmo, Bpk. Tugiimin, Bpk. Tomo Yuwono dan Bpk. Thomas Sudaryono.

Lingkungan ini wilayahnya meliputi daerah Kelurahan Ngadirenggo. Lingkungan yang sekarang diketuai oleh Ibu MM. Murtiasih ini anggotanya mencapai 14 KK. Dan sekarang diketuai oleh F.X. Hardoko.

Lingkungan VII (St. Lukas)

Lingkungan VII (St. Lukas)

Sebelum tahun 1960 – an keluarga Katolik di lingkungan ini hanya dua, yaitu: Keluarga Bpk. RAJ. Sumadi dan Keluarga Bpk. J. Sudarsono. Setelah itu umat bertambah karena pengaruh karya Rm. Lugano, Pr. ditempat ini.

Lingkungan ini wilayahnya meliputi daerah Kecamatan Talun, termasuk kelurahan Bajang, Pasirharjo, Kamulan, Njari, Njengglong, dan Bendosewu. Lingkungan yang sekarang diketuahi oleh Bpk. Hardoko ini anggotanya mencapai 36 KK. Dan sekarang diketuai oleh F.X. Supriyanto.

Lingkungan VI (St. Yusuf)

Lingkungan VI (St. Yusuf)

Lingkungan ini dirintis oleh : Keluarga Rm. A.J. Dibyokaryono, Pr, Bpk. Jadi, Bpk. Darmowijoto dan Bpk. Wimbo Harsono. Romo yang ikut merintis adalah Rm. Van Megen, CM dan Rm. Bastiansen, CM.

Lingkungan ini wilayahnya meliputi daerah Kelurahan Wlingi, yaitu: Kampung Majegan, Tanggung, Karangan, dan Sendung. Lingkungan yang sekarang diketuai oleh Ibu Emy Yuri Endrawati ini jumlah anggotanya mencapi 32KK. Dan Sekarang diketuai oleh ibu Anna Maria Rudiani.

Lingkungan V (St. Paulus)

Lingkungan V (St. Paulus)

Lingkungan ini dirintis pada awal tahun 1960 dengan umat yang pertama adalah Bpk. Slamet Harsono beserta Bpk. Darsun. Yang mengajar agama waktu itu adalah Rm. Bartels, CM.

Lingkungan ini wilayahnya meliputi daerah Kelurahan Tangkil dan Kelurahan Klemunan. Lingkungan yang sekarang diketuai oleh Bpk. Ketang Wahyudi ini jumlah umatnya mencapai 17 KK. Sekarang masih diketuai oleh Bpk. Ketang Wahyudi.

Lingkungan IV (St. Yohanes)

Lingkungan IV (St. Yohanes)

Perintis dan pengajar agama di lingkungan ini tidak diketahui, namun tempat ibadah pada awalnya adalah gereja yang dibangun oleh Rm. Bartels, CM.

Lingkungan ini wilayahnya meliputi daerah Kelurahan Beru bagian selatan (Kampung Baru). Lingkungan yang sekarang diketuai oleh Bpk. Pristiwantoyo ini jumlah anggotanya mencapi 9 KK. Dan sekarang diketuai oleh H.Pristiwantoyo.

Lingkungan III (St. Markus)

Lingkungan III (St. Markus)

Tokoh perintisnya adalah : Rm. A.J. Dibyokaryono, Pr. dan Antonius Soediharjo. Perkembangan lingkungan ini dipelopori Rm. Abimantrono, CM. sekitar tahun 1986. Umat saat itu diajar agama oleh Bpk. Antonius Soediharjo.

Lingkungan ini wilayahnya meliputi Kelurahan beru bagian Barat, Kampung Sumber Cemung, Ngambak, Kenanga sampai Kromasan. Lingkungan yang diketuai oleh Bpk. VE. Sutaryono ini jumlah anggotanya mencapi 26 KK. Dan sekarang diketuai oleh Ibu Yohana Retno Lestari.

Lingkungan II (St. Matius)

Lingkungan II (St. Markus)

Lingkungan ini dirintis sekitar tahun 1950 – an oleh Rm. Mensvoor CM, dan Rm Bastiansen CM. Umat pada waktu itu diajar oleh para tokohnya yang antara lain adalah: Bpk. Darmo, Bpk. Yadi Usup, Ibu Dewo, Bpk Diarto, Bpk. Hardjo, Nyo Yan Kien, dan Bpk Sarmono.

Wilayah lingkungan ini meliputi daerah keluarahan Beru bagian Tengah. Linkungan yang sekarang diketuai oleh Bpk. Totok Riyanto ini anggotanya mencapai 33 KK. Dan sekarang diketuai oleh Ibu Brigita Sri Astuty

Lingkungan I (St. Maria)

Lingkungan I (St. Maria)


Lingkungan ini dirintis oleh Mgr. Dibyokaryono, Pr. dengan tokoh umatnya pada waktu itu adalah Ny. Sadewo yang juga adalah kakak dari Mgr. Dibyo sendiri. Wilayah lingkungan ini meliputi Kelurahan Babadan, dan Kelurahan Beru bagian Utara. Lingkungan yang sekarang diketuai oleh Bpk Felix Parjono ini anggotanya mencapai 36 KK. Dan sekarang diketuai oleh  Bpk.Christoporus Herawanto

Profil Paroki

Sejarah Perkembangan Gereja

Sebenarnya sejak tahun 1930 – an Wlingi sudah didatangi oleh romo – romo dari Paroki St. Yusuf Blitar yang antara lain adalah Rm. Bastiansen CM, Rm. Mensvort CM, dan Rm. Wolters CM. Mereka pada saat ini sering memberikan pelayanan Misa untuk orang – orang Belanda yang beragama katolik dan bekerja sebagai sinder perkebunan Gabru (sekarang stasi Tegalasri). Kemudian setelah di stasi Genjong didirikan sekolah misi yang gurunya berasal dari Muntilan (Jawa Tengah), pada tahun 1934 di Gabru juga didirikan sekolah misi dan gereja. Namun ketika terjadi perang Class I pada tahun 1948 semua sekolah tersebut ikut dibumihanguskan.
Kemudian pada tahun 1950-an di Wlingi sudah mulai diadakan Misa Kudus meskipun masih menggunakan rumah umat. Misa yang dilayani oleh romo – romo dari Paroki St. Yusuf Blitar tersebut diikuti oleh umat katolik yang pada saat itu jumlahnya masih sekitar 45 orang.
Mulai tahun 1957 pelayanan untuk umat dilanjutkan oleh Rm. Bartels CM yang pada akhirnya memiliki pemikiran untuk membangun sebuah gedung gereja di Wlingi. Dan pemikiran tersebut ternyata baru terealisir pada tahun 1963 dengan nama pelindungan yaitu St. Kristoforus.
Pada tahun 1964 Rm. Bartels CM digantikan oleh Rm. Lugano Pr, salah seorang romo yang pada saat itu dikenal sangat dekat dengan umat, rakyat dan pejabat di Kabupaten Blitar. Kedekatan beliau inilah yang pada akhirnya sangat berperan dalam membantu beliau dalam karyanya di Wlingi.
Mulai tahun 1967 Wlingi sudah memiliki beberapa katekis yang berkarya pastoral secara penuh yaitu : Bpk. Sumitro dari Madiun, Bpk. Bambang Samidjo, Bpk. Tugimin Purwosusilo, dan Bpk. Toto Santoso. Sejak tahun 1967 itulah semakin banyak orang yang ingin ikut pelajaran agama Katolik. Maka sejak saat itu pula mulai dibuka beberapa stasi baru seperti : Tegalasri, Resampombo, Purworejo, Salamrejo, Cungkup, Sidomulyo, Kesamben, Parang, Gandusari, dll. Adapun beberapa tokoh yang turut berperan penting antara lain adalah : Bpk . Basuki, Bpk. Mulyosamio, Bpk. Darmowiyoto, dll.

Setelah stasi yang ada terus berkembang banyak, maka pada tanggal 29 Juni 1994, stasi St. Kristoforus Wlingi diresmikan menjadi sebuah paroki oleh Mgr. A.J. Dibyokaryono, Pr. dengan nama pelindung yang baru, yaitu St. Petrus – Paulus. Kemudian gedung gereja paroki Wlingi juga sempat mengalami beberapa renovasi, dan renovasi terakhir diberkati oleh Mgr. Hadiwikarta Pr. pada tanggal 15 Desember 1996. Sampai dengan tahun 1999 lalu, jumlah umat Katolik Paroki St. Petrus Paulus Wlingi menurut data statistik sudah mencapai sekitar 4.622 jiwa.

Pengumuman